Padang Lawas
03.07 | Author: darwinharahap
Dentum ‘revolusi’ sosial pada tahun 1998 yang mewarnai titik-titik kota peradaban di belahan nusantara adalah keniscayaan dari sebuah perjalanan rezim arogan yang telah keluar dari kehendak keadilan dan cita-cita luhur sebuah bangsa. Mahasiswa telah menjadi corong di tengah-tengah kerumunan massa yang marah terhadap kemurkaan yang terjadi. Parade gerakan telah mengantarkan harapan dari satuan rakyat Indonesia untuk sebuah tatanan baru, reformasi istilah yang tertera dalam kamus-kamus ilmiah yang selama ini bersemayam di kertas-kertas yang dipelototi para ‘intelektual’ yang dibungkam arogansi penguasa, menjadi sebuah panorama kehidupan baru yang harus jadi kenyataan dalam harap seluruh tumpah darah rakyat Indonesia. Produk pemula reformasi pun sentak lahir, kepemimpinan Soeharto sebagai simbol dan jargon ‘kebrutalan’ gaya dan sistem kebangsaan pun turun dari tahtanya yang selama 32 tahun sudah ditungganginya. Singkat kata, turunan-turunan perubahan bangsa pun kian terlihat dan terasa dalam prkateknya meskipun belum menyentuh titik substansi reformasi di setiap dimensi. Kebebasan berpendapat dan berserikatpun yang tertuang dalam konstitusi dasar (UUD ‘45) kian jadi anugrah yang menjamur dimana-mana.
Pada tahun 1999, tanggal 16 Mei Gerakan Mahasiswa Padang Lawas (Gema Padang Lawas) pun lahir oleh prakarsa kaum intelektual muda yang ingin mengisi ‘kebebasan’ untuk pembebasan dari keterbelengguan, tentu ini adalah sebuah produksi dari perjalanan panjang ‘metamorfosis’ sebuah kegelisahan menjadi gerakan. Tempat kelahiran para kaum muda ini (Padang Lawas sebelum mekar) yang berada dalam cakupan Tapanuli Selatan adalah ’sasaran’ semangat baru sektoral yang menyelimuti pemikiran, harapan, dan cita-cita pendiri.
Kakanda Lahmuddin Siregar, SKM adalah pendiri Gema Padang Lawas beserta dengan kawan-kawan juangnya ; Marwan Chaniago (Kec. Sosa), Iqbal Kamil Harahap (Barumun), Elpi Junianti Hasibuan (Sosa), Mulkan Harahap (Barteng), Panguhum (Barumun), Eddy Siregar (Halongonan), Hamid Rizal Lubis (Simpatisan) pada waktu itu di Auditorium FKM Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam perjalanan organisasi ini banyak sudah torehan tinta-tinta perjuangan sebagai organisasi gerakan kedaerahan yang tidak bisa diukur dengan materi. Meski sebagai organiasasi kedaerahan Gema Padang Lawas telah turut memperkuat sistem dan budaya demokrasi, khususnya dalam perkembangan Padang Lawas (dulu). Artinya 'ruang gerak' organisasi ini tidak sebatas membangun dan memperkuat silaturrahim yang bersifat sentimental primordial. Tapi organisasi ini juga berusaha menumbuhkan, membangkitkan, dan membangun semangat nasionalisme, serta Gema Padang Lawas juga kerap membangun afiliasi dengan organisasi-organisasi lain dalam rangka menyikapi persoalan-persoalan nasional. Daerah hanya sebatas ikatan geografis dan semangat keraifan lokal sebagai bagian dari penyangga integritas kebehinnekaan nusantara. Tapi cita-cita yang lebih substanstiv yakni Mewujudkan Masyarakat Yang Cerdas, Sejahtera, Berkeadilan dan Bermartabat telah mewarnai naluri dan ruh perjuangan Gema Padang Lawas.
Namun meski demikian, organisasi ini juga telah menetapkan spesifikasi ultimate goal tujuan Gema Padang Lawas sejak kelahirannya sebagai agenda gerakan utamanya, salah satunya grand visinya adalah mendorong untuk terwujudnya pemekaran daerah di Tapanuli Selatan. Hal ini mengingat segenap keberadaan daerah Padang Lawas yang masih kategori tertinggal di berbagai dimensi pembangunan, dan juga mempertimbangkan beberapa faktor lainnya, seperti kewedanan yang ada sejak zaman penjajahan Belanda yakni residen-residen yang ada di Tapanuli Selatan pada umumnya telah memberi isyarat perlunya sebuah pemerintahan tersendiri dalam menaungi dan membangun Padang Lawas sebagai residen yang telah diakui sejak zaman penjajahan Belanda. Terlepas ini bagian dari peninggalan kolonial Belanda, tapi ada memang yang menjadi kharakter dan ciri khas baik dari segi culture (budaya) dan adat istiasdat sebagai perekat yang menjadi alasan primordial sebagai kekuatan-kekuatan yang harus dibina demi cita-cita luhur dan jangka panjang, tanpa mengamini nilai-nilai negativitas yang ada dalam primordialisme itu sendiri. Tapi, yang paling substantiv adalah demi sebuah tujuan yang diamanahkan dan diharapkan dari sebuah konstitusi negara yakni kesejahteraan dan keadilan. Oleh karena itu membutuhkan 'kepengurusan' sendiri untuk mendorong pembangunan tersebut, juga mengingat luas wilayah Tapanuli Selatan sebagai salah satu kabupaten terluas di Sumatera Utara yang menginginkan pemekaran wilayah.
Gema Padang Lawas kemudian mewujudkan impian ini dalam bentuk kerja-kerja organisasi. Gema Padang Lawas melakukan pembangunan wacana dari sudut paradigma mahasiswa, pendidikan-pendidikan poitik, dan action atau gerakan aksi massa di lapangan untuk menuntut direalisasikannya pemekaran daerah Padang Lawas. Gerakan ini telah menjadi sejarah yang tidak bisa dipisahkan dalam sejarah perjuangan pemekaran di Tapsel.
Pada tanggal 27 Juli 2007 lahirlah yang dicita-citakan selama ini. Berdasarkan UU No.37 dan 38 Tahun 2007 Kabupaten Padang Lawas Utara dan Padang Lawas syah dibentuk dan telah masuk dalam lembaran negara.
Setelah lahirnya Padang Lawas yang beribu kota Sibuhuan dan Padang Lawas Utara yang beribu kota Gunung Tua sebagai kabupaten baru, Gema Padang Lawas yang menaungi wilayah Padang Lawas dulu yakni mulai dari Pinarik Sosa (Padang Lawas) hingga Pinarik Sipiongot (Padang Lawas Utara) melakukan penyesuaian sesuai dengan isi dan point-point yang tertera dalam UU pemekaran Padang Lawas dan Padang Lawas Utara tersebut. Hal ini demi fokus kerja, wilayah hukum dan politik, serta pandangan-pandangan lainnya Musyawarah Gema Padang Lawas ke-6 pun digelar di Sibolangit pada Januari 2007 silam. Tatanan baru pun lahir, yakni Gema Padang Lawas menjadi dua organisasi ; 1. Gema Padang Lawas yang sekarang, 2. Gema Paluta (Gerakan Mahasiswa Padang Lawas Utara). Kini kedua organisasi ini menjalankan eksistensi masing-masing, tapi tidak lepas dari jalinan silaturrahim, kerja sama, dan visi utama yang dibangun sejak awal sebagai organisasi yang lahir dari rahim yang sama. 
Diposkan oleh Gerakan Mahasiswa Padang Lawas (Gema Padang Lawas) di 05:29
|
This entry was posted on 03.07 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: